Dan Kuturunkan Kain

Dalam sebuah buku tua, seorang perempuan menulis :
“Dan kuturunkan kain ke dadaku. Kuturunkan dia supaya ikut tunduk pandanganku. Kuturunkan kain dari ubun-ubun menyungkup rambutku, supaya terlindung dan selamat aku, dari terik matahari ketika kerontang, pedih musim ketika dingin, serta gerayang panas mata dan tangan orang-orang berhati lemah yang berkeliaran sepanjang jalan.
Kuturunkan kain ke sekujur tubuhku supaya terjaga aku, tidak saja dari gangguan orang-orang yang kutemui, tetapi juga dari godaan diriku sendiri yang ingin bertingkah. Kain ini menyelamatkan aku serta orang-orang di sekelilingku dari daya tarik keperempuananku yang mungkin menipu. Dan kain panjang ini menjadi kulitku, diriku, identitasku. Tidak lagi bisa kulepas dia, apalagi kubiarkan dia direnggut dari diriku.
Dengan kain ini aku berkata ‘tidak’ kepada masa lalu yang lemah, kepada hubungan sosial yang eksploitatif, memperbodoh manusia dan menghancurkan dirinya sendiri. Kuturunkan kain menutupi tubuhku supaya aku bisa mengucapkan salam kepada dunia, bukan hanya dengan mulut, tetapi juga dengan seluruh diri.
Dan kuturunkan kain bagi keberadaanku. Maknanya adalah Cinta. Cinta ketaatan kepada-Nya. Cinta penyelamatan bagi makhluk-makhluk-Nya. Dan cinta… bagi seorang saja… yang paling berhak untuk membukanya…”

Miranda Risang Ayu