Pada senyum tipis yang terkadang menyembunyikan rasa pedih...
nuansa ketegaran tersirat tatkala hidup tak selalu dalam
genggaman.
Pada setiap langkah yang kau jejakkan menuju keridhoan...
akan
terus mengalir kisah pengabdian setulus hati.
Ketegaran itu telah menembus jiwa dan memantulkan kekuatan
berhambur di dunia.
Melalui rasa cinta yang terurai indah,
maka cerita itu tak
akan habis karena ketulusan menjadi bukti amal yang tersampaikan.
Maka lihatlah bahwa aq sungguh mencintaimu.... setiap hari.
Lalu rasakan betapa kuingin berbakti.... sepanjang hidupku.
"Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-
bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah,
dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepadaKu
dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu." (QS. Luqman 31 : 14)
“Apakah kalian
tahu, untuk tujuan apa saja sertifikat TOEFL itu digunakan?” sang tentor melemparkan
pertanyaan ini pada seluruh isi kelas dengan ekspresi tenang dan rileks. Lantas
ia menjelaskan bahwa sertifikat itu biasa digunakan untuk melamar pekerjaan
yang mensyaratkan pegawainya mampu berbahasa Inggris. Lalu untuk mahasiswa yang
akan lulus kuliah maupun melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi.
Terdengar jawaban ya serta anggukan para murid tanda mereka sepakat dan
mengerti walau harus menerjemahkan sendiri kalimat sang tentor yang
selang-seling Indonesia-Inggris.
Sang tentor
melanjutkan, “Ada lagi yaitu bagi pegawai yang akan promosi jabatan. Hmm.. maybe somedayTOEFL used to propose a girl?”
“Hehe.. haha..
bisa-bisa Mam..” Sambut seluruh isi kelas dengan tertawa geli termasuk aku. Bisa
aja tuh si tentor bikin joke, seru deh orangnya.
By the way, ada kali ya orang tua yang ingin
mendapatkan menantu yang super, lantas sang calon menantu diminta melampirkan
sertifikat TOEFL sebagai bukti kecerdasannya. Haha.. ada-ada saja. Imajinasikupun
berkembang tentang syarat apa saja yang mungkin diminta oleh para calon mertua
yang agak unik. Dan sang tentor telah berhasil melambungkan anganku. Just for laugh when you think so serious..
^_^
Wajar saja
jika orang tua menginginkan anaknya mendapatkan yang terbaik. Ada lho camer
yang pengen dapat menantu seorang dokter, TNI, PNS, atau anak orang kaya, anak
pejabat dan masih banyak lagi. Mungkin karena mereka mempertimbangkan bibit,
bebet dan bobot, seperti di sinetron.
Ya udah yuk
coba kita buatkan persyaratan bagi calon menantu (caman) yang akan menikah
dengan anaknya. Misal nih ya bagi caman laki-laki disyaratkan melampirkan
sertifikat bukti bekerja dari perusahaan/kantor. Kantornya juga yang JELAS nih,
kalau gak PNS ya BUMN pun jadi, hehe, atau perusahaan besar dan bonafid dalam
negeri misalkan. Kemudian sertifikat TOEFL minimal 500 atau sertifikat tes IQ
dengan skor minimal 130. “Wow..!” Lalu ijazah kuliah minimal S2 atau sedang S2.
Serta kalau perlu tambahan sertifikat, bisa juga dilampirkan SERTIFIKAT RUMAH dan
kendaraan bermotor, hehe. Mungkin perlu juga ditambah surat keterangan dokter
bahwa sang caman bukan seorang perokok.
Sekarang
gantian yuk untuk caman perempuan. Syaratnya berupa sertifikat TOEFL juga
minimal 500, hasil general check up kesehatan di lab yang menandakan totally dia sehat. Lalu sertifikat tanda
bukti bisa memasak (wow!?) dan sertifikat bisa merawat diri dan mendidik anak
(haha..). Tidak ketinggalan juga ijazah kuliah minimal S1 dengan IP tidak
kurang dari 3,3 untuk PTN dan 3,5 untuk PTS, huehehe. Atau sekalian aja ya
diadakan ujian tertulis buat si caman, semacam tes SNMPTN gitu, kalau nilai
caman belum cukup memenuhi passing grade,
maka dia bisa mencobanya setahun lagi, wkwkwk.
Bagaimana para
caman... siapkah kalian dengan syarat-syarat diatas? Tentunya pertanyaan ini juga
terlontar untukku. Bagaimana Sinta, kau
mampu? Bisa gak ya? Dicoba deh. Ciyus? Miapah? Au ah gelap. Terdengar
kicauan hati bersahutan. ^_^
Akan sangat
bahagia mungkin bagi para camer yang bisa mendapatkan menantu seperti yang
diharapkannya. Mungkin jika ada caman yang bisa memenuhi syarat diatas, dia
akan segera dipanggil untuk dilakukan walk
in interview, haha.
Anyway busway, syarat-syarat yang
disebutkan diatas itu masih yang bersifat keduniawian saja. Tentunya perlu juga
syarat yang nyrempet-nyrempet tentang akhirat. Mengenai apa saja syaratnya,
sekarang gantian donk para pembaca yang menjabarkannya, hee. Yang jelas,
mengenai seperti apa syarat yang diinginkan oleh para orang tua, pastinya
berbeda. Hal ini termasuk relatif dan setiap orang boleh berpendapat, maka
berpendapatlah sebelum berpendapat itu dilarang. ^_^
Beberapa bulan yang lalu sepertinya saya sempat kena virus
keranjingan nge-blog. Jadi produktif menulis, mencatat tema-tema yang
sepertinya seru kalau ditulis. Sudah ada hampir sepuluh tema, itu baru yang
tertulis, belum yang tiba-tiba bercokol di pikiran saat naik motor lah, saat
makan, saat kerja…. daaaan sebagainya. Namun yang sepertinya layak di upload memang
tidak semuanya, jadi wajar saja kalau hanya sedikit yang akhirnya mejeng di
blogku ini.
Sebenarnya tujuannya apa sih blogging itu? Kalau menurut
saya nih ya, selain karena seru menjelajah dan membaca blog orang-orang, blog
walking juga merupakan salah satu jendela dunia… (buku kali ya..). Hey, blog
kan bukan buku Say…? Iya memang bukan buku, tapi di blog ada tulisan yang bisa kita
baca. Jadi kita bisa tahu info-info nasional bahkan internasional melalui blog
itu. Memang sih buku itu adalah jendela dunia, tapi kalau hanya dibeli dan
tidak dibaca maka tidak akan menjadi jendela dunia, namun hanya akan menjadi calon
makanan rayap & tikus, ckikikikik… nah kalau blog mana bisa dimakan rayap
atau tikus? Hahaha… ?#!%$%^&*^%..... kacau nih. Jadi sekarang ente setuju
kan kalau blog itu jendela dunia? (maksa.com)
;p
Ehm.. ehm.. menurut kacamata saya pribadi (padahal daku
tidak berkacamata), nge-blog itu bisa produktif kalau kita juga menulis, bukan
hanya membaca blog orang saja. Karena menulis itu dapat mengasah kemampuan linguistik
saya, maka itu harus saya lakukan untuk menyeimbangkan otak kiri dan otak kanan
saya. Gpp ya diajak ngomong ilmiah dikit ^_^
Terus terang saja, saat dan setelah saya lulus dari jurusan
Sistem Informasi - Fakultas Ilmu Komputer, rasa-rasanya ada yang kurang
seimbang dengan otak. Mau nulis kok susah dapat idenya. Kalaupun akhirnya
nulis, yang saya tulis adalah karya tulis, proposal PKM, proposal business plan, proposal & surat-surat
organisasi, sampai skripsi. Yang semuanya itu sooooo… seriously, ya bahasanya,
ya format ketikannya, sampai mikirnya butuh konsentrasi tingkat tinggi, ciee… Hingga serasa terkikis jiwa sastraku.
Ya jelas saja karena mata kuliah yang mendominasi adalah tentang
logika pemrograman, yang didasari dari logika matematika, statistika dan
teman-temannya. Terus ketemunya komputer, yang kita tahu sendiri dia adalah
sebuah benda mati yang tidak bisa diajak bicara. Kalaupun bisa diajak bicara
yaitu dengan diberi perintah yang ditulis dengan mengetikkan kode-kode ‘aneh’
berbahasa Inggris. Kalau terjadi error itu tandanya perintah yang kita berikan
salah, kita tidak bisa melakukan lobi dengan menggunakan kehalusan perasaan
manusiawi, namun harus tegas on atau off, 0 atau 1 karena komputer yang kita
gunakan itu hanya punya kecerdasan buatan, bukan kecerdasan emosional seperti
yang sering kita sebut dengan EQ, wkwkwk…
Berbeda dengan semasa SMA dulu. Saya yang pernah beberapa
kali menerbitkan cerpen (di majalah sekolah), yang ikut komunitas Sanggar
Sastra dibawah bimbingan guru Bahasa Indonesia mendadak jd kaku menulis (saat
kuliah), walau sekedar puisi. Dulu juga masih sering gitar-an yang lumayan bisa
meng-ON-kan otak kanan.
So, menulis harus dilakukan sebagai latihan. Agar otak kanan
dan kiri kita tetap seimbang dan agar diri kita semakin produktif. Kalau kita merasa
tulisan kita tidak bisa langsung bagus ya no worry, simpan dulu saja sampai
beberapa hari di folder kesayangan kita, lalu ketika kita baca ulang & ada
yang kurang tepat sok atuh diperbaiki aja. Selamat menulis sobat penulis…. !
Rabu pagi pukul 07.30, seperti biasanya aku sudah duduk
manis didepan komputer sekolah, tempatku bekerja. Sudah tilawah, sudah ngecek
HP dan tiba-tiba saja temanku datang, berencana menyerahkan uang kepadaku. Dia
mengeluarkan uang kertas Rp 100.000 dan kemudian kaget bukan main karena
menyangka uangnya palsu.
“Aduh Bu, ini kan uang dari hasil gajian kemarin, belum saya
apa2kan padahal, kok sudah dapat uang palsu begini.” ungkapnya dengan mimik
panik.
“Coba Bu saya cek dulu, saya ambil uang saya juga ya.”
“Enggak Bu, ini pasti palsu soalnya ini beda banget tuh
lihat garis emas-nya cuma satu terus ada gambar lingkaran... “ bla.. bla.. bla..., sambung dia yang seolah meyakinkanku kalau uang itu memang palsu.
Wah ternyata temanku yang satu ini lucu juga kalau sedang panik, dan memang seperitinya memang mudah panik, hehe.. batinku.
“Tenang dulu Bu, siapa tahu itu model baru” aku yang tetep
calm down mencoba menenangkannya, lagian juga kalau panik malah bikin kita rugi
sendiri karena tidak bisa berfikir jernih.
Kemudian setelah beberapa
waktu mengecek lewat stok uang yang ada di dompet kami, karena kebetulan tidak punya uang yang sama persis membuat temanku itu tetap pada hipotesisnya, yaitu uang itu mungkin memang palsu.. hahaha..
Kuputar otak... kemudian kutanya teman yang kebetulan kerja di kantor pajak (karena bingung cari teman yang kerja di bank, akhirnya pajak-pun jadi, hehe). Temanku itu menyarankan kalau aku coba cari di internet saja, karena kebetulan dia juga tidak punya uang dengan ciri-ciri yang kumaksud.
Ooo iya..ya.. KAN ADA INTERNET, pikirku kemudian. Gimana sih aku ini, wong ya kerjaannya berselancar di dunia maya kok bisa-bisanya bukan internet yang menjadi rujukan pertama. Padahal baru saja tadi malam hingga larut sampai jam 1 dini hari baru memutuskan off dari nge'net ^_^).
Nah.. setelah searching... ching... ching... akhirnya ketemu deh BUKTI BAHWA UANG TEMANKU TADI TIDAK PALSU. Ternyata memang Bank Indonesia telah mengeluarkan uang baru yang belum banyak diketahui masyarakat. Hmmm.. apa karena kurang sosialisasi ya? Atau memang saya saja yang ketinggalan infonya? hehe. Karena tidak semua orang pernah masuk BI dan kalaupun ke bank-bank mungkin tidak sampai bertanya tentang apakah ada uang model baru? Aku saja yang lumayan sering ke BI dan ke bank-bank lainnya juga tidak sampai berfikir ke arah situ... ^_^
Setelah temanku itu kuberi tahu bahwa uang itu asli, berdasar info dari internet, akhirnya dia lega juga. Setelah itu juga, langsung kutulis info ini, dan semoga bermanfaat untuk yang lain.
Oke deh langsung saja ya aku bagi-bagi info lewat blog-ku ini, buat ngasih tau model uang terbaru yang dimaksud... check it out..
Gambar pertama adalah uang lama, dan yang kedua adalah uang baru.
Terdapat 2 lingkaran yang agak kasar di kiri bawah, sebagai penanda bagi para tunanetra dengan cara meraba. Lingkaran 2 berarti uang Rp 100.000.
Pada uang baru terdapat banyak lingkaran kecil di dekat foto Pak Hatta, sedang di uang lama tidak ada.
Pada sisi sebaliknya yang bergambar Gedung Senayan, tertulis Majelis Permusyawaratan Rakyat & Dewan Perwakilan Rakyat untuk uang lama.
Sedangkan pada uang baru, ada tambahan Dewan Perwakilan Daerah.
Perbedaan - perbedaan tersebut juga terdapat pada uang Rp 50.000 dan Rp 20.000 di bawah ini :
Pada lembar terakhir sebuah undangan pernikahan tertulislah puisi hati :
Alhamdulillah, Terimakasih Ya Rabb..
Takdir-Mu telah mempertemukan kami
Disini dititik perjumpaan ini
Kini waktunya sudah sampai, setelah
penantian dalam kesadaran
Kini pencarian sudah selesai, saat kami
memantapkan pilihan hati
Kini dua hati, dua ciri berjumpa dalam
cinta murni
Kini dua hati, dua ciri bersatu dengan
ikatan suci
Kami sadar, titik perjumpaan ini hanyalah
awal dari kelanjutan garis panjang kehidupan
Saat dimana kesetiaan cinta akan diuji
Juga kekuatan dan kearifan cinta akan
dicoba
Bismillah, doa kami Ya Rabbi
Semoga kami dapat menunaikan ibadah dan
sunnah Rasul ini dengan baik
Semoga harmoni semoga abadi
Dalam naungan Ridho Ilahi
(Rachmat
& Asri -Insya Allah-)
Sebuah puisi yang menggugah jiwa karena terlahir dari kejujuran hati dengan segenap penghambaan diri kepada Rabb Sang Pemilik Jiwa.
Sabtu, 4 Februari 2012
Pernikahan suci seorang teman akhirnya terlaksana juga. Barokallahu laka wa baraka 'alaika, wa jama'a bainakuma fi khoir...
Tepat pada hari ini 2 kebahagiaan datang... Hari ini genap 25 tahun usiaku dan juga seorang teman yang mengakhiri masa lajang-nya. Semoga hari ini menjadi hari yang penuh barokah dan berlimpah kebaikan. Amin Ya Rabbal 'Alamin.
Tak habis fikir
aku terhadap kasus perselingkuhan yang kerap terjadi di kalangan artis negeri.
Saking seringnya hampir menjadi sebuah hal yang dianggap biasa. Jawaban yang
kemudian digunakan adalah, ya karena mereka artis jadi tak heran lagi. Namun akan
berbeda ceritanya jika yang terlibat kasus seperti ini adalah mereka yang bukan
artis. Apalagi mereka yang notebene disebut orang baik. Apa kata dunia?
Pernah aku mendengar seorang
laki-laki yang telah beristri tertarik dengan wanita lain. Entah mungkin karena
dia menemukan wanita idaman lain atau karena ada ketidakberesan di rumah
tangganya sehingga dia mencari penyegaran ‘bermain’ di luar. Ada seorang dosen
yang berani merayu mahasiswinya dengan ungkapan sms-nya yang katanya kangen,
rindu dan sejenisnya. Bahkan ada mahasiswi yang ‘buta nilai’ yang jika bimbingan
skripsinya di hotel maka nilainya akan bagus, dan terbukti memang nilainya
menjadi bagus. Na’udzubillahi min dzalik.
Lain
lagi dengan sosok seorang pegawai kantoran di tengah kesibukannya di kantor
pajak masih sempat-sempatnya mengirim sms kepada si target, “Sudah makan siang
belum?”, atau, “Sedang apa nih?”. Atau bahkan telepon demi telepon yang isi
pembicaraannya sudah ngalor ngidul tak jelas. Nah loh… gaswat kan? Inilah diantara
langkah permulaan pe-de-ka-te yang harus segera diketahui oleh setiap perempuan
sebagai bentuk mawas diri, tentunya bagi mereka yang tidak mau dirinya menjadi
fitnah bagi lelaki.
Pantaskah jika seorang laki-laki
yang bahkan sudah mempunyai beberapa anak berpikiran mengajak seorang gadis untuk
jalan-jalan atau makan bersama di luar? Apakah layak jika seorang laki-laki
yang sudah beristri bertandang ke rumah seorang perempuan dengan tujuan merefresh
pikiran dari kesuntukan dirumah? Bukankah itu sama dengan kunjungan yang
terencana? Yang nantinya bisa berujung kepada keinginan untuk memiliki dua? Na’udzubillahi
min dzalik. Pada kasus seperti ini wanitalah yang menjadi korban, bahkan ada
hati yang terlanjur terpaut sampai rela jika ia dijadikan yang ke-dua. Astaghfirullahhal‘adziim.
Maka maafkanlah Ya Allah kedua hamba-Mu itu. Berikanlah mereka kesehatan dalam
berpikir. Karena survey membuktikan bahwa orang yang sedang jatuh cinta 70%
otaknya tidak berfungsi. Atau lebih karena godaan syaitan yang super dahsyat? Wallahu
a’lam.
Lantas sekarang, dimanakah kesetiaan
para laki-laki itu? Apakah mereka tidak berpikir dua kali sebelum bertindak,
bahwa jika saja istrinya tahu maka ia akan sangat tersakiti? Apakah mereka
tidak merasa cukup dengan satu orang? Apakah mereka tidak ingat bahwa yang
mereka lakukan itu sebuah kesalahan dan berujung dosa? Kegeraman ini sudah
menjadi rahasia umum banyak perempuan yang mungkin tak akan tersampaikan secara
terbuka. Hanya hati kecil mereka yang berani mengungkapnya. Atau cerita-cerita
kecil diantara mereka untuk sekadar melepas kejengkelan.
Maka
izinkanlah aku bertanya, dimanakah dapat kucari kesetiaan itu? Apakah kesetiaan
itu sangat mahal harganya sehingga tak mudah ditemukan? Jauh dalam hati para perempuan
tersebut tertanam banyak pertanyaan. Apakah memang kebanyakan laki-laki seperti
itu? Apakah suamiku nanti akan berbuat demikian pula? Oooh sungguh rasanya tak
sanggup hati ini jika di-duakan. Jika dia memang berpindah ke lain hati, lalu
kemanakah hati ini akan berlabuh? Jika lintasan hati yang terjadi di benak para
suami itu tidak segera dihapus, maka bara api yang semula kecil dapat menjadi
api yang ganas, berkobar menjilat ke seluruh permukaan. Fiuhhhfff…..
Mungkin aku hanya segelintir
orang yang berani mewakili para perempuan yang berteriak itu. Yang masih
khawatir akan sebuah kesetiaan dari pasangan hidup. Hingga mencetuskan banyak pertanyaan
seperti diatas. Namun bersabarlah. Karena sesungguhnya tidak semua laki-laki
seperti itu. Masih banyak para suami yang setia dan menjaga keluarganya hingga
kakek nenek. Masih ada karunia Allah berupa keluarga sakinah mawaddah warahmah
yang menjadi anugerah bagi orang-orang yang shalih-shalihah. Maka semoga kisah
diatas tidak membuat para gadis menjadi takut menikah dan khawatir yang berlebihan
terhadap aplikasi kesetiaan.
Sungguh
dengan bekal takwa dan pakaian takwalah yang dapat membentengi kita dari
debu-debu penyakit hati serta anak panah beracun yang diluncurkan oleh syaitan.
Dengan ketakwaan itulah yang dapat membuat otak kita bisa berpikir sehat dan
dapat membedakan mana yang lurus dan mana yang menyimpang. Wallahu a’lamu
bishshawwab. Semoga Allah selalu melindungi kita semua. Amin.