Tak habis fikir
aku terhadap kasus perselingkuhan yang kerap terjadi di kalangan artis negeri.
Saking seringnya hampir menjadi sebuah hal yang dianggap biasa. Jawaban yang
kemudian digunakan adalah, ya karena mereka artis jadi tak heran lagi. Namun akan
berbeda ceritanya jika yang terlibat kasus seperti ini adalah mereka yang bukan
artis. Apalagi mereka yang notebene disebut orang baik. Apa kata dunia?
Pernah aku mendengar seorang
laki-laki yang telah beristri tertarik dengan wanita lain. Entah mungkin karena
dia menemukan wanita idaman lain atau karena ada ketidakberesan di rumah
tangganya sehingga dia mencari penyegaran ‘bermain’ di luar. Ada seorang dosen
yang berani merayu mahasiswinya dengan ungkapan sms-nya yang katanya kangen,
rindu dan sejenisnya. Bahkan ada mahasiswi yang ‘buta nilai’ yang jika bimbingan
skripsinya di hotel maka nilainya akan bagus, dan terbukti memang nilainya
menjadi bagus. Na’udzubillahi min dzalik.
Lain
lagi dengan sosok seorang pegawai kantoran di tengah kesibukannya di kantor
pajak masih sempat-sempatnya mengirim sms kepada si target, “Sudah makan siang
belum?”, atau, “Sedang apa nih?”. Atau bahkan telepon demi telepon yang isi
pembicaraannya sudah ngalor ngidul tak jelas. Nah loh… gaswat kan? Inilah diantara
langkah permulaan pe-de-ka-te yang harus segera diketahui oleh setiap perempuan
sebagai bentuk mawas diri, tentunya bagi mereka yang tidak mau dirinya menjadi
fitnah bagi lelaki.
Pantaskah jika seorang laki-laki
yang bahkan sudah mempunyai beberapa anak berpikiran mengajak seorang gadis untuk
jalan-jalan atau makan bersama di luar? Apakah layak jika seorang laki-laki
yang sudah beristri bertandang ke rumah seorang perempuan dengan tujuan merefresh
pikiran dari kesuntukan dirumah? Bukankah itu sama dengan kunjungan yang
terencana? Yang nantinya bisa berujung kepada keinginan untuk memiliki dua? Na’udzubillahi
min dzalik. Pada kasus seperti ini wanitalah yang menjadi korban, bahkan ada
hati yang terlanjur terpaut sampai rela jika ia dijadikan yang ke-dua. Astaghfirullahhal‘adziim.
Maka maafkanlah Ya Allah kedua hamba-Mu itu. Berikanlah mereka kesehatan dalam
berpikir. Karena survey membuktikan bahwa orang yang sedang jatuh cinta 70%
otaknya tidak berfungsi. Atau lebih karena godaan syaitan yang super dahsyat? Wallahu
a’lam.
Lantas sekarang, dimanakah kesetiaan
para laki-laki itu? Apakah mereka tidak berpikir dua kali sebelum bertindak,
bahwa jika saja istrinya tahu maka ia akan sangat tersakiti? Apakah mereka
tidak merasa cukup dengan satu orang? Apakah mereka tidak ingat bahwa yang
mereka lakukan itu sebuah kesalahan dan berujung dosa? Kegeraman ini sudah
menjadi rahasia umum banyak perempuan yang mungkin tak akan tersampaikan secara
terbuka. Hanya hati kecil mereka yang berani mengungkapnya. Atau cerita-cerita
kecil diantara mereka untuk sekadar melepas kejengkelan.
Maka
izinkanlah aku bertanya, dimanakah dapat kucari kesetiaan itu? Apakah kesetiaan
itu sangat mahal harganya sehingga tak mudah ditemukan? Jauh dalam hati para perempuan
tersebut tertanam banyak pertanyaan. Apakah memang kebanyakan laki-laki seperti
itu? Apakah suamiku nanti akan berbuat demikian pula? Oooh sungguh rasanya tak
sanggup hati ini jika di-duakan. Jika dia memang berpindah ke lain hati, lalu
kemanakah hati ini akan berlabuh? Jika lintasan hati yang terjadi di benak para
suami itu tidak segera dihapus, maka bara api yang semula kecil dapat menjadi
api yang ganas, berkobar menjilat ke seluruh permukaan. Fiuhhhfff…..
Mungkin aku hanya segelintir
orang yang berani mewakili para perempuan yang berteriak itu. Yang masih
khawatir akan sebuah kesetiaan dari pasangan hidup. Hingga mencetuskan banyak pertanyaan
seperti diatas. Namun bersabarlah. Karena sesungguhnya tidak semua laki-laki
seperti itu. Masih banyak para suami yang setia dan menjaga keluarganya hingga
kakek nenek. Masih ada karunia Allah berupa keluarga sakinah mawaddah warahmah
yang menjadi anugerah bagi orang-orang yang shalih-shalihah. Maka semoga kisah
diatas tidak membuat para gadis menjadi takut menikah dan khawatir yang berlebihan
terhadap aplikasi kesetiaan.
Sungguh
dengan bekal takwa dan pakaian takwalah yang dapat membentengi kita dari
debu-debu penyakit hati serta anak panah beracun yang diluncurkan oleh syaitan.
Dengan ketakwaan itulah yang dapat membuat otak kita bisa berpikir sehat dan
dapat membedakan mana yang lurus dan mana yang menyimpang. Wallahu a’lamu
bishshawwab. Semoga Allah selalu melindungi kita semua. Amin.
Sabtu, Agustus 31, 2013 7:34:00 AM
hmmm... begitulah hidup,
ada yg mendamba, ada jg yg di damba
tp yakinlah, cinta yg hakiki hanya pada ilahi Rabbi
wallahu a'lam
Senin, September 02, 2013 1:40:00 AM
Iya Pak, hidup itu penuh warna ya & cinta hakiki hny kpd Ilahi Rabbi... syukron komennya..