Kemanakah Harus Mencari Kesetiaan?

Selasa, 03 Januari 2012 09.37 by Sinta_Fabriela

          Tak habis fikir aku terhadap kasus perselingkuhan yang kerap terjadi di kalangan artis negeri. Saking seringnya hampir menjadi sebuah hal yang dianggap biasa. Jawaban yang kemudian digunakan adalah, ya karena mereka artis jadi tak heran lagi. Namun akan berbeda ceritanya jika yang terlibat kasus seperti ini adalah mereka yang bukan artis. Apalagi mereka yang notebene disebut orang baik. Apa kata dunia?
           Pernah aku mendengar seorang laki-laki yang telah beristri tertarik dengan wanita lain. Entah mungkin karena dia menemukan wanita idaman lain atau karena ada ketidakberesan di rumah tangganya sehingga dia mencari penyegaran ‘bermain’ di luar. Ada seorang dosen yang berani merayu mahasiswinya dengan ungkapan sms-nya yang katanya kangen, rindu dan sejenisnya. Bahkan ada mahasiswi yang ‘buta nilai’ yang jika bimbingan skripsinya di hotel maka nilainya akan bagus, dan terbukti memang nilainya menjadi bagus. Na’udzubillahi min dzalik.
Lain lagi dengan sosok seorang pegawai kantoran di tengah kesibukannya di kantor pajak masih sempat-sempatnya mengirim sms kepada si target, “Sudah makan siang belum?”, atau, “Sedang apa nih?”. Atau bahkan telepon demi telepon yang isi pembicaraannya sudah ngalor ngidul tak jelas. Nah loh… gaswat kan? Inilah diantara langkah permulaan pe-de-ka-te yang harus segera diketahui oleh setiap perempuan sebagai bentuk mawas diri, tentunya bagi mereka yang tidak mau dirinya menjadi fitnah bagi lelaki.
            Pantaskah jika seorang laki-laki yang bahkan sudah mempunyai beberapa anak berpikiran mengajak seorang gadis untuk jalan-jalan atau makan bersama di luar? Apakah layak jika seorang laki-laki yang sudah beristri bertandang ke rumah seorang perempuan dengan tujuan merefresh pikiran dari kesuntukan dirumah? Bukankah itu sama dengan kunjungan yang terencana? Yang nantinya bisa berujung kepada keinginan untuk memiliki dua? Na’udzubillahi min dzalik. Pada kasus seperti ini wanitalah yang menjadi korban, bahkan ada hati yang terlanjur terpaut sampai rela jika ia dijadikan yang ke-dua. Astaghfirullahhal‘adziim. Maka maafkanlah Ya Allah kedua hamba-Mu itu. Berikanlah mereka kesehatan dalam berpikir. Karena survey membuktikan bahwa orang yang sedang jatuh cinta 70% otaknya tidak berfungsi. Atau lebih karena godaan syaitan yang super dahsyat? Wallahu a’lam.
           Lantas sekarang, dimanakah kesetiaan para laki-laki itu? Apakah mereka tidak berpikir dua kali sebelum bertindak, bahwa jika saja istrinya tahu maka ia akan sangat tersakiti? Apakah mereka tidak merasa cukup dengan satu orang? Apakah mereka tidak ingat bahwa yang mereka lakukan itu sebuah kesalahan dan berujung dosa? Kegeraman ini sudah menjadi rahasia umum banyak perempuan yang mungkin tak akan tersampaikan secara terbuka. Hanya hati kecil mereka yang berani mengungkapnya. Atau cerita-cerita kecil diantara mereka untuk sekadar melepas kejengkelan.
Maka izinkanlah aku bertanya, dimanakah dapat kucari kesetiaan itu? Apakah kesetiaan itu sangat mahal harganya sehingga tak mudah ditemukan? Jauh dalam hati para perempuan tersebut tertanam banyak pertanyaan. Apakah memang kebanyakan laki-laki seperti itu? Apakah suamiku nanti akan berbuat demikian pula? Oooh sungguh rasanya tak sanggup hati ini jika di-duakan. Jika dia memang berpindah ke lain hati, lalu kemanakah hati ini akan berlabuh? Jika lintasan hati yang terjadi di benak para suami itu tidak segera dihapus, maka bara api yang semula kecil dapat menjadi api yang ganas, berkobar menjilat ke seluruh permukaan. Fiuhhhfff…..
          Mungkin aku hanya segelintir orang yang berani mewakili para perempuan yang berteriak itu. Yang masih khawatir akan sebuah kesetiaan dari pasangan hidup. Hingga mencetuskan banyak pertanyaan seperti diatas. Namun bersabarlah. Karena sesungguhnya tidak semua laki-laki seperti itu. Masih banyak para suami yang setia dan menjaga keluarganya hingga kakek nenek. Masih ada karunia Allah berupa keluarga sakinah mawaddah warahmah yang menjadi anugerah bagi orang-orang yang shalih-shalihah. Maka semoga kisah diatas tidak membuat para gadis menjadi takut menikah dan khawatir yang berlebihan terhadap aplikasi kesetiaan.
 Sungguh dengan bekal takwa dan pakaian takwalah yang dapat membentengi kita dari debu-debu penyakit hati serta anak panah beracun yang diluncurkan oleh syaitan. Dengan ketakwaan itulah yang dapat membuat otak kita bisa berpikir sehat dan dapat membedakan mana yang lurus dan mana yang menyimpang. Wallahu a’lamu bishshawwab. Semoga Allah selalu melindungi kita semua. Amin.

2 Response to "Kemanakah Harus Mencari Kesetiaan?"

  1. Dany saja Says:

    hmmm... begitulah hidup,
    ada yg mendamba, ada jg yg di damba
    tp yakinlah, cinta yg hakiki hanya pada ilahi Rabbi

    wallahu a'lam

  2. Sinta_Fabriela Says:

    Iya Pak, hidup itu penuh warna ya & cinta hakiki hny kpd Ilahi Rabbi... syukron komennya..