Tentang SMS yang TIDAK DIBALAS

Minggu, 07 Maret 2010 20.58 by Sinta_Fabriela
Beberapa jam yang lalu sebelum membuat tulisan ini, aku tertegun melihat kenyataan bahwa kini aku tau ternyata dulu si fulan berfikir seperti itu. Berusaha memutus sebuah komunikasi dengan seorang akhwat yang dia fikir “komunikasi ini sepertinya salah”. Atas nama dakwah yang terselip niat untuk mencoba membuka kembali komunikasi yang sudah lama terputus. Itu yang ada difikirnya. Sehingga dengan sengaja tidak membalas sms dari seorang akhwat, yang padahal menurut si akhwat sms itu adalah penting.

Padahal tidak terbersit juga di benak si akhwat kalau komunikasi itu adalah untuk “memperbaiki kembali silaturahmi” antara mereka yang sudah lama tidak dilakukan. Jadi ya memang pure untuk membahas qodhoya dakwah, apalagi krn permasalahan itu sudah lama tidak dibahas, seakan terlupakan karena kesibukan akademik masing-masing. Apa mungkin bahasa smsnya ada yg kurang tepat ya? bs jadi ada salah kata shg membuat salah penafsiran. Wallahu a’lam, tp tetaplah berpositif thinking. Memanusiakan manusia.

Nampaknya ini menjadi permasalahan penting yang harus kubahas disini. Aku jadi teringat ketika dulu banyak adek2 akhwat mengeluhkan ikhwan2 padaku. Yaitu karena smsnya tidak dibalas padahal isi smsnya penting dan mendesak. Sudah dikirim berkali2 juga tidak dibalas. Ada akhwat yang sampai khawatir kalau smsnya ke ikhwan tsb malah dikira ajang pdkt. Fikir si akhwat yaitu si ikhwan tidak balas sms karena ingin menjaga hati dan menyangka kalau si akhwat “ada apa-apa” dengan si ikhwan. Waduh…duh…duh.. benar juga. Jangan2 para ikhwan yang tidak balas sms itu pada GR dan berasa jd seleb krn dikejar2 fans atau merasa diganggu paparazi, hehehe. Namun kami tidak kemudian setega itu bersu’udzon.

Aku sebagai yang dituakan harus bisa meredam rasa geregetan mereka. Harus bisa menetralisir keadaan, bukan malah menambah panas, walaupun sebenarnya aku sendiri juga rada geregetan. Kami terus beristighfar dan mencari seribu kemungkinan. Oh mungkin dia sedang tidak punya pulsa (walaupun kami tau si ikhwan kondisinya cukup “berada”). Oh mungkin dia sedang tidur (walau kami tau sms yg kami kirim tidak pada jam malam). Oh mungkin dia sedang sibuk, mungkin baru dibalas nanti, tunggu saja (walau pada akhirnya sms kami juga tidak dibalas, dan kami terlalu lelelah menunggu). Oh mungkin dia sedang banyak pikiran dan amanah jd belum bisa menanggapi, dan lain sebagainya. Pernah beberapa saran terlontar, “Ya sudah di telp saja, dia maunya tu ditelpon”. Namun ternyata beberapa akhwat itu ada yg gengsi. Eh tapi juga ada yang karena pulsanya hanya cukup untuk sms, tidak sanggup kalau telepon. Kasian kan?

Kejadian seperti ini tidak hanya sekali kualami dan tidak pada satu tempat saja. Baik yang di DK maupun di DS. Pun sampai saat ini aku sendiri sering gemas kalau sms penting tapi tidak dibalas. Tapi beberapa diantara akhwat itu juga melapor padaku bahwa kalau si ikhwan itu di sms yang tidak penting malah dibalas, kalau yang penting malah didiemin. Ealah, lha klo gini mungkin karena ikhwan2 itu menjadi tertekan klo disms akhwat yang memaparkan amanah2 dan agenda2 dakwah yang harus segera ditunaikan karena dikejar deadline. Maklumlah, kdg akhwat itu klo bicara/sms ada yang kesannya galak, nadanya mendesak atau menggurui, bahkan memaksa, hehe… Ada juga yang bernada marah fikir si ikhwan, padahal sbenarnya si akhwat tidak marah. Yaah mungkin bisa dibilang lebih ekspresif bahasanya, se-ekspresif hatinya. Karena memang ikhwan dan akhwat itu punya sisi2 perbedaan jadi butuh komunikasi yang baik.

Ada lagi yang karena gengsi / tidak berani / malas untuk telepon si ikhwan dan memutuskan untuk menunggu balasan saja, kemudian berfikir bahwa kalau sampai si ikhwan tidak balas sms, padahal penting, maka memang ikhwan tersebut “Kurang mewanitakan wanita” atau “tidak professional” atau “tidak peka” dll (klo sm2 gengsi lha kapan ketemunya ya?). Tapi kalau akhirnya si ikhwan balas, berarti dia termasuk orang yang bijak dan menghargai orang lain. Sesibuk Rektor Udinus saja ketika di sms, beliau masih menyempatkan untuk balas dan balasnya pun tidak lama. Jadi si akhwat ngetes si ikhwan ni, hehe.

Ada juga kekhawatiran dari akhwat kalau sering2 sms ikhwan nanti dikira tidak menjaga hati dan bukan seorang akhwat yang shalihah. Padahal si akhwat inginnya juga menjaga hati & hijab. Ya sebenarnya kebetulan saja si akhwat menjabat sebagai koordinator para akhwat alias ketua annisa atau sebutan lainnya, jadi ya memang butuh koordinasi kan? Sedangkan pada posisi ikhwan bisa saja mereka berfikir, “Ah, dia tidak shalihah, kurang menjaga hati dan hijab krn sering sms / telp, bgmn dakwah ini bs maju? aku mau cari yang shalihah dan pandai menjaga diri saja ahh…”. Ini bukan sinetron dan bukan rekayasa, apalagi termehek-mehek, hehe… namun ini adalah sebuah fenomena yang coba sy paparkan dan kemudian akan sy coba usulkan rekomendasi perbaikan (wah kayak sidang umum aja nih).

Namun sebelumnya, ada kisah lucu yg akan kuceritakan sebagai penutup dari kasus2 ini. Ada seorang akhwat yang menelepon ikhwan untuk menanyakan suatu hal. Lama telepon itu tidak diangkat2. Setelah dering panggilan di hp si ikhwan itu berakhir, tiba2 dering sms di hp si akhwat terdengar. “Maaf, sms saja.” Singkat dan terkesan dingin sms dr si ikhwan. Langsung deh si akhwat sedikit “nggonduk”, aku sendiri begitu dengar cerita itu malah tertawa, krn ternyata ikhwan tersebut lebih memilih sms daripada telepon. Untuk menjaga hati kali ya. Hmm… bagus2… salut Akh… Akhirnya cara ini yang kemudian kucontoh jika ada telepon berbunyi dr hape-ku yang sudah kukira kalau yg dibicarakan akan ngalor ngidul dan sebagai cara pdkt. Dengan sedikit tambahan redaksi, lebih dipersopan dan tetap tegas, maka kuketik sms : “Maaf, td telpon ya? Ada perlu apa? Dismskan saja ya.” Diplomatis dan tidak ada unsur berbohong kan? Dan cara ini telah teruji kemanjurannya lho, hehehe…

Nah, dari permasalahan2 diatas, bagaimana cara menyikapinya? Sebelumnya, bagi teman2 yang kebetulan membaca tulisan ini, baik ikhwan maupun akhwat, sinta memohon maaf pada beberapa diantara kalian yang mungkin merasa dirinya dibahas dalam tulisan ini. Tulisan ini semata-mata aku buat untuk memperbaiki keadaan yang tentunya untuk kemaslahatan. Karena jika tidak ada niat kebaikan didalamnya, maka tulisan ini akan sia-sia dan aku yang akan kesulitan ketika mempertanggungjawabkannya dihadapan Allah kelak. Jadi nih, saran dariku bagi para ikhwan maupun akhwat yaitu :
1. Meniatkan koordinasi semata karena Allah, ikhlas dan LILLAH, bukan lil-akh.
2. Menjaga hati dan hijab ketika koordinasi.
3. Menggunakan kata2/bahasa yang sopan dan seperlunya dan tidak dibuat2.
4. Terus berlatih untuk professional dan memahami amanah yang diberikan padanya, sehingga bisa baik dan beres dalam menjalankan amanah.
5. Berpositif thinking dan jadilah orang yang sabar.
6. Saling tolong menolong dalam kebaikan.
7. Peka pada permasalahan yang ada, saling memahami dan menghargai orang lain.
8. Mempunyai keinginan untuk sama2 berjuang dan mensukseskan dakwah Islam.
9. Berusaha untuk menjadi pejuang yang mau bekerja keras melayani ummat.
10. Usahakan segera membalas sms penting, jika belum sempat karena mungkin jawabannya panjang, untuk sementara dibalas dgn singkat : Maaf, nanti malam ya sy jawab, atau dengan bahasa lain yang menenangkan. Namun jika smsnya mendesak harus segera dibalas ya cobalah meluangkan waktu untuk mengetik sms, atau kalau mau cepat ya ditelpon balik. Karena kualitas informasi ditentukan oleh 3 hal yaitu : akurat, tepat waktu & relevan (menurut Jogiyanto HM dalam bukunya Analisa dan Perancangan Sistem Informasi : Pendekatan Terstruktur Teori dan Pendekatan Aplikasi Bisnis).

Itu dia 10 tips dari Sinta dalam menangani kasus diatas. Bagi teman2 yang mau nambahin boleh, silakan ditulis di comment. Oiya tp lain keadaannya jika saat sms masuk, hp sedang kita silent krn kuliah / hal penting lain dan posisinya kita tdk tahu, jd wajar kalau telat balas sms.

Lain juga ceritanya kalau isi sms antara ikhwan dan akhwat itu tidak penting dan malah ngalor ngidul. Ini yang harus diperhatikan untuk segera dihentikan. Harus ada yang dengan tegas mengingatkan kalau ada yang salah dalam koordinasi. Saling menasehati dan introspeksi diri. Insya Allah, semoga menjadi amal kebaikan. Wallahu a’lam bishshawab.

0 Response to "Tentang SMS yang TIDAK DIBALAS"