Sinta kecil, riwajat tempo doeloe...

Kamis, 07 Oktober 2010 20.33 by Sinta_Fabriela
             Aku terlahir dari kedua orang tua yang merupakan pilihan Allah dimana aku tidak dapat memilihnya sendiri dan begitupun yang terjadi pada semua orang. Aku sangat bersyukur pada Allah bisa memiliki keduanya hingga sekarang. Mereka sangat kusayangi dan begitupun sebaliknya.

            Sedari lahir aku termasuk anak yang jarang sakit. Walaupun sejak dulu badanku itu termasuk kecil, namun Alhamdulillah, aku diberi kesehatan oleh-Nya. Kalau kita sering melihat anak kecil / balita yang ingusan atau demam kejang2, maka Alhamdulillah tidak demikian dengan aku. Ini dari hasil wawancaraku dengan kedua orangtuaku.

           Namun, biasanya memang setiap orang mempunyai kekurangan dan kelebihan masing2. Entah kenapa, sering ketika hbs makan malam (saat aku masih bayi) kemudian tidak lama setelah itu tidur malam, di tengah2 nyenyaknya ortu tidur, eeeh tiba2 si Sinta kecil memuntahkan makanan dinner tadi. Kasur yang semula bersih harus digulung diganti yang baru, Sinta harus diberi lagi asupan makanan agar tidak kosong perutnya. Mungkin memang perutnya Sinta kecil kali ya jadi diisinya jangan banyak2, yang penting rutin. Atau saat itu asam lambungnya lg naik ya…? Aduh, ternyata repot ya menjadi orang tua.

           Waktupun berjalan, Sinta kecil perlahan tumbuh menjadi anak yang lincah dan periang. Oya plus ceriwis, kata tukang sate yang sering lewat rumahku. Alhamdulillah memang aku jarang sakit. Tidak ingusan seperti anak kecil pada umumnya. Namun repotnya, wuih.. klo makan itu lho. Ditawari ini ga mau, itu ga mau. Habis makan sering dimuntahin lagi, atau bahkan mau masuk mulut aja susah karena tidak suka menu-nya. Sampai Bapak pernah bilang “Wis, Sinta kepingin ma’em apa wis Bapak pundhutke”. Ahaa… ini dia yang kutunggu2, langsung deh kusebut makanan kesukaanku waktu itu. “Bakso ya Pak.” Kataku sambil tersenyum polos seperti senyum anak kecil pada umumnya. Bapak pun segera pergi membeli bakso, demi memenuhi isi perut anaknya.

            Lain hari lain menu lagi. Pada suatu hari berkatalah Sinta kecil, “Pak, kae ana sate.” Kataku merujuk malu2. “Endi?” tanya Bapak. “Kae lho neng njobo… Te.. sate…” jawabku sambil menirukan gaya tukang sate yang sepertinya mau lewat depan rumahku. Tidak lama kemudian Bapak keluar memanggil tukang sate itu. Sambil si tukang sate memanggang sate pesananku, aku tanya2 terus ke Bapak. Tentang arang-lah, tentang kipas-lah dll. Makanya kemudian sampai si tukang sate bilang, “Putrane ceriwis nggih Pak”. Hehe.

            Jika aku coba ingat2 menu apa saja yang menjadi kebiasaanku dulu yaitu : mie instant, bakso kuah, sate ayam, ayam goreng, ayam goreng bacem, sop ayam, telur dadar, bakso goreng, tempe goreng, udah kayaknya itu. Dan biasanya mie instant-lah yang menjadi top of the week, hmm… padahal ga baik lho ya makan mie terus. Sampai saudara2 di luar kota bs hafal ik klo Sinta itu sukanya emie-emiiie terus…

            Jadi deh badannya kayak emie, kurus gt. Eh tapi jgn salah, kalau di SD nih ya waktu pelajaran olahraga, aku jadi atlet perempuan terbaik no.2 di kelas, ya lari, ya loncat tinggi, ya balapan apa lagi dll. Mungkin karena saking entengnya kali ya badannya jadi mudah terbawa angin keberuntungan, hihihihi… Hmm.. mungkin karena dibiasakan oleh orang tua untuk banyak minum air putih kali ya jadi racun2 dalam tubuh lebih mudah untuk larut dan itu yang menyebabkan badan jadi seger dan fit. Selain itu juga dengan makan teratur 3 kali sehari.

            Satu lagi makanan yang penting yaitu buah dan juga susu sebagai penyempurna makanan. Aku termasuk anak yang tidak tertarik untuk makan (dulu lho), apalagi buah2-an. Sampai Bapak atau mama dengan telatennya mengupas mangga, jeruk dan pepaya untuk kemudian diantar secara special sampai ke gerbang mulutku. Waaaah… I love U Dad.. Mom.. masa indah waktu kecil… Tapi kalau untuk susu, karena aku suka, maka aku sudah bisa mandiri untuk membuatnya.

            Eits tapi semua itu bukan tanpa syarat lho. Karena Bapak sdh mau menuruti keinginanku membeli makanan yang aku sukai (yang diterima oleh mulut dan kerongkonganku, red.) maka akupun diminta untuk patuh pada nasehat ortu. Diantaranya adalah tidak boleh jajan Chiki dan sejenisnya, es, permen2, dll. Pada saat itu mereka memberitahukan konsekuensi yang akan didapat jika suka jajanan yaitu bisa sakit, batuk, pilek dan gigi-nya ompong krn suka permen2, hahaha. Karena alasannya bisa diterima logika maka akupun tidak keberatan dengan peraturan itu. Klopun jajan yang seperti itu ya sesekali boleh lah dlm kurun waktu yg cukup lama. Peraturan lain ada lagi, yang intinya adalah kalau dinasehati ortu diusahakan nurut.

            Nah itu dia sekilas mengenai masa kecilku. Lain dulu lain sekarang lho. Mulai SD kelas 5, makanku sudah mulai banyak dan mau macam2, tidak seperti ketika balita dulu maunya hanya yang disukai saja, kayak orang ngidam. Apalagi sejak SMP karena sering jalan kaki jauh dan jalan2 ke mall, porsi makan siang menjadi banyak dan pada masa SMP itulah badanku sdh mulai mending, nambah beratnya dan nambah tingginya. Tp ya karena nambah beratnya ga byk, lbh byk ke tingginya, ya tetep aja kelihatan kurus.

            Karena aku pada dasarnya adalah orang yang pekewuh-an kalau minta2 ke orang tua. Ga enak kalau merepotkan, dan ya untuk pengiritan keuangan-lah (ceile… kecil2 aku sdh bisa ngirit lho, sejak SD nih) juga karena aku tidak mau dibilang anak yang manja, sedikit2 minta dibelikan sesuatu. Maka beranjak besar pun aku selalu berusaha makan apa yang telah disediakan mama di meja makan. Berbagai macam sayur aku lahap, tomat di-gado-pun aku doyan, kol sebagai lalapan pun oke. Sampai sekarang. Kecuali sayur pare dan sayur daun pepaya, wuih pait… jd aku kurang doyan.

            Yah mulai SD itulah aku sdh tidak banyak permintaan untuk dibuatkan menu makanan ini atau itu. Jajanan diluarpun juga aku jarang. Kalau tidak karena adekku yang minta, maka aku tidak akan meminta duluan. Jadi karena adek permintaannya lumayan banyak, jadi deh aku kecipratan. Kan yang namanya rejeki ga akan kemana… iya tho…? Hehehe.

0 Response to "Sinta kecil, riwajat tempo doeloe..."